Menjadi Membosankan
27 Januari
oleh Takamoru Yoshida
Baru-baru ini saya membaca sebuah artikel tentang kehidupan Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat. Dan sejak saat itu saya jadi memikirkan pernyataannya soal pakaian.
Presiden Barack Obama - people.com |
Di artikel yang ditulis Vanity Fair, Obama mengatakan kalau dia hanya memakai jas abu-abu atau biru karena ingin mengurangi pembuatan keputusan. Obama tidak mau memutuskan soal pakaian karena masih banyak lagi keputusan yang perlu dibuat.
Sebenarnya, sikap seperti itu tidak baru. Almarhum Steve Jobs memakai kaos turtleneck hitam dan jeans setiap saat, Mark Zuckerberg hampir selalu terlihat mengenakan kaos abu-abu polos, dan bahkan Thom Browne mengakui kalau dia memakai “seragam” setiap hari: setelan jas abu-abu.
Desainer Thom Browne - wsj.com |
Secara tidak langsung, dengan mengenakan pakaian yang sama terus-menerus kita jadi menciptakan semacam trademark khas. Bisa terkesan membosankan, ya. Bisa terkesan tidak punya gaya, mungkin. Tapi ini membuat sederhana. Bayangkan saja kalau Anda mempunyai koleksi pakaian dengan sedikit warna. Anda akan menghabiskan waktu lebih sedikit memikirkan soal pakaian hari itu. Anda juga tidak perlu pusing soal memadukan warna atau pola. Dan Anda akan terlihat pantas setiap harinya.
Mungkin agak aneh ada tulisan tentang mengenakan pakaian yang sama terus-menerus di blog pakaian pria. Tapi coba Anda pikirkan. Seseorang yang baru saja memulai perjalanan sartorial kemungkinan mengalami kesulitan untuk memadukan warna dan pola. Kalau warna yang ada lebih sedikit, maka bebannya jadi berkurang.
Misalnya, Anda bisa membatasi warna kemeja dengan beragam jenis biru dan putih, kaos navy dan abu-abu, kaos polo putih atau navy atau abu-abu, chino khaki, jeans biru tua, celana panjang wol abu-abu, setelan jas navy dan abu-abu, dasi abu-abu atau navy atau burgundi, sepatu rapi cokelat dan hitam, sneakers putih.
Itu adalah barang-barang pokok. Mungkin terkesan membosankan, tapi sangat berguna. Dan paduannya pasti terlihat pantas. Anda tidak akan salah memakainya.
Pada akhirnya semua tergantung masing-masing individu. Tidak salah kalau Anda ingin mengenakan “seragam”, tapi juga tidak salah kalau ingin berpetualang dalam perjalanan sartorial Anda. Yang penting cocok saja.
0 comments