Mungkin sudah hampir satu dekade raw denim menjadi pilihan utama para pemakai jeans. Berbagai brand lokal bermunculan menawarkan raw denim terbaik, bersaing dengan brand Amerika, Eropa, atau Jepang. Tapi perlahan ini mulai beralih.

Raw denim dengan warna indigo, hitam, atau abu, serta belum melalui proses pencucian dulu adalah opsi utama. Para pecinta jeans, atau mungkin hampir semua orang yang memakai jeans, memiliki ini di lemari. Mereka mengagungkan bahannya yang keras, yang akan melembut seiring pemakaian, disertai pudarnya warna di bagian-bagian tertentu. Paha, belakang lutut, kantong belakang yang memudar menunjukkan karakter sang pemakai.

Sekarang berbagai warna dan fit menjadi lumrah. Warna biru pudar atau putih, fit yang lebih longgar atau pas di pinggang. Tidak lagi jeans harus memiliki fit skinny atau slim, dan dipakai di pinggul.

Sebagian pria, terutama yang menyukai tailored wear, mulai memakai jeans dengan potongan yang cenderung slim atau reguler. Yang ingin memasukkan kemeja ke dalam celananya akan mencari jeans yang dipakai di pinggang, bukan pinggul, seperti Levi’s 501. 501 sendiri sudah menawarkan potongan celana yang lebih kecil di bagian betis dibandingkan versi original mereka.

Kunci untuk kombinasi jeans dengan sports jacket adalah untuk menghindari warna jeans yang terlihat mirip dengan celana formal. Warna-warna washed bisa lebih mudah dipadankan ketimbang warna indigo yang terlihat sepintas seperti celana rapi. Terutama kalau Anda memakai jacket biru.

Anda bisa mengecek Levi's, Lee, Wrangler, Uniqlo, Gap untuk melihat berbagai warna dan fit jeans yang mungkin cocok. Coba pakai atasan dan sepatu yang akan sering digunakan untuk mendapatkan warna yang pas.

Bagi Anda yang besar di tahun 1990-an, mungkin sekarang juga bisa kembali membongkar pakaian lama (kalau masih layak pakai dan muat). Beberapa jeans yang dulu ada mungkin bisa digunakan lagi dengan sedikit permak. Ingat Richard Ashcroft atau Graham Coxon. Tapi tolong juga ingat umur.