Pakai Apa

Tentunya ada beberapa jam yang begitu ikonik sehingga ada yang kurang rasanya kalau mengenakan versi homage dari jam tersebut. Rolex Submariner, contohnya. Desainnya ditiru oleh banyak produsen jam, bahkan palsunya bertebaran. Sehingga menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bisa mengenakan Sub asli dengan jarum jam bergaya Mercedes Benz.

Saya sendiri sampai sekarang belum memiliki sebuah jam homage. Saya berpandangan kalau jam homage itu layaknya musisi yang menyanyikan lagu tribute. Kadang berhasil, kadang tidak. Tapi mereka tidak melakukan pelanggaran. Yang jelas saya tidak berpikir untuk membeli jam replika atau palsu karena bagi saya lebih baik membeli jam asli merek lain daripada mengenakan jam palsu yang juga tidak memberikan rasa bangga.

Besar kecilnya dimensi jam yang kita kenakan adalah sebuah hal yang subjektif. Ini tergantung selera. Apalagi memang kini tren jam cenderung semakin besar, bahkan ada yang terbilang oversized.

Dulu para pria umumnya memakai jam dengan diameter ukuran 34mm sampai 38mm. Sekarang ukuran ini malah banyak dipakai oleh kaum wanita. Bahkan sering disebutkan kalau sweet spot ukuran jam untuk mayoritas pria sekarang berada di kisaran 40mm sampai 42mm.

Saya pribadi menyukai jam yang terbilang kecil untuk ukuran masa kini. Untuk dress watch saya menyukai ukuran antara 34mm sampai 38mm. Untuk jam yang lebih sporty seperti dive watch atau pilot watch saya membatasi maksimal 42mm. Maklum, ukuran pergelangan tangan saya terbilang kecil dan saya tidak ingin terlihat kalau jamnya malah “memakai” saya.

Selain diameter, sebenarnya ukuran yang harus menjadi patokan dalam memilih jam adalah panjang lug to lug. Lug adalah ujung jam yang tersambung dengan talinya. Jam yang pantas Anda pakai sebaiknya memiliki ukuran lug to lug maksimal sama dengan lebar punggung pergelangan tangan Anda. Jangan sampai panjang lug to lug jamnya melebihi pergelangan tangan.

Seperti terlihat di gambar Omega Speedmaster ini, diameter jamnya adalah 42mm (dan 44m dengan crown). Lebar lug (yang digunakan untuk mengukur lebar tali jam) adalah 20mm. Sedangkan panjang lug to lug adalah 48mm. Sehingga kalau lebar punggung pergelangan tangan Anda tidak sampai atau setidaknya mendekati 48mm, mungkin sebaiknya jangan memakai jam ini.

oleh Takamoru Yoshida

Berbicara mengenai jam mekanis yang termasuk kategori “bang for the buck” atau terjangkau, Orient adalah salah satu merek yang paling sering disebut.

Dengan movement yang dibuat sendiri (in-house) dan variasi model yang beragam, wajar kalau Orient sering disarankan sebagai jam untuk mereka yang mulai antusias akan horologi atau sekedar ingin memiliki arloji yang berkualitas dengan harga bersahabat.

Walau merupakan anak perusahaan Seiko, Orient memiliki karakter sendiri. Perusahaan yang berdiri di Jepang tahun 1950-an ini membuat movement-nya in-house, yang sangat dihargai di dunia horologi (seni menghitung waktu). Beberapa tahun belakangan Orient kembali gencar memasarkan produknya di Indonesia, yang ditandai dengan dibukanya Orient Centre di Gedung Metro, Pasar Baru, Jakarta, sekitar enam tahun lalu.

Di sini kita bisa melihat beragam model jam yang ada, mulai dari dress watch sampai dive watch dengan harga dari kisaran Rp 2 juta (sebelum diskon). Bahkan kita bisa mendapatkan harga lebih bagus kalau niat menyeberang jalan dan menyambangi toko-toko jam di Pasar Baru, atau membeli online. Orient juga memiliki line yang cenderung lebih mahal, yaitu Orient Star dengan harga antara Rp 5 juta sampai Rp 9 juta.

Salah satu model yang paling sering disebut di forum jam adalah Orient Bambino. Dengan ukuran 40,5mm yang terbilang relatif standar untuk ukuran dress watch masa kini, Bambino akan saya sarankan bagi siapa saja yang berpikir untuk membeli jam Daniel Wellington. Harganya lebih murah, movement yang digunakan automatic, dan detail yang ada membuatnya tampak lebih menawan.

Orient juga sukses membuat desain jam diver dan pilot yang memiliki ciri khas sendiri, tanpa terlihat sebagai homage dari arloji mewah seperti Rolex, Omega, atau IWC. Orient Mako dan Ray adalah jam diver yang sering dibandingkan dengan Seiko SKX007 yang memang legendaris dan tahan banting. Sementara Orient Flight adalah modifikasi yang cukup menarik dari jam pilot di zaman Perang Dunia ke-II.

Semua jam yang disebutkan tadi bisa didapat dengan harga di bawah Rp 2 juta. Ukuran jam Orient rata-rata di antara 40-42mm yang merupakan standar ukuran arloji pria masa kini. Saya sendiri menyukai ukuran yang lebih kecil, di bawah 40mm, karena memiliki pergelangan tangan kecil. Namun ketika mencoba Bambino dan Ray, masih terlihat pantas.

Kualitas jam Orient bisa dilihat dari casing-nya yang terlihat bagus, buatannya rapi dan tidak terasa kasar. Tali bawaannya juga bisa dibilang cukup baik, tidak terasa murahan walaupun jamnya akan terlihat lebih menonjol kalau disandingkan dengan strap yang lebih bagus. Detail pada dial juga terlihat dibuat dengan teliti, dan komplikasi yang ada (seperti tanggal, hari, atau power reserve) ditempatkan sesuai fungsinya.

Dalam hal ketepatan waktu, menurut testimoni dari beberapa pemakai di berbagai forum jam Orient termasuk akurat. Hanya meleset beberapa detik dalam kurun waktu satu sampai dua minggu. Ini terbilang baik untuk movement mekanis. Kalau Anda menginginkan jam dengan akurasi sangat tepat, lihat saja ponsel Anda atau pakailah jam quartz yang menggunakan tenaga baterai.

Secara keseluruhan, Orient adalah jam yang patut direkomendasikan untuk siapa saja, baik penggemar jam atau pemakai yang mencari jam bagus dengan harga terjangkau. Mereka yang memiliki arloji mewah juga mungkin membutuhkan jam yang bisa dipakai beraktivitas santai tanpa takut jamnya akan tergores. Untuk berenang di pantai, misalnya.

Keterangan: Tulisan ini tidak disponsori. Produk yang ditulis bukan merupakan hasil pemberian atau kerja sama. Tulisan ini merupakan refleksi penulis pribadi.

oleh Takamoru Yoshida

Banyak kolektor jam tangan jadi memiliki hobi baru, yaitu menggonta-ganti tali jam. Dari rantai, ke tali kulit, sampai strap NATO yang terbuat dari nilon. Memang mengganti strap bisa membuat jam yang sama terlihat berbeda, dari formal menjadi kasual, dari serius ke santai.

Dengan makin banyaknya orang yang suka mengganti tali jam tangan, wajar kalau makin banyak juga yang menjual tali jam. Ada juga yang mulai berprofesi sebagai strap maker. Di Indonesia ada cukup banyak orang yang membuat strap dan bahkan sampai terkenal ke seluruh dunia. Kualitasnya dipuji, setara dengan harga yang dipasang. Bahkan ada yang sampai jutaan rupiah.

Salah satu strap maker yang baru muncul adalah Simplea Leatherworks yang berasal dari kota kembang Bandung. Dengan harga yang relatif affordable dan bahan kulit yang terbilang baik, Simplea menjadi opsi menarik untuk mengubah tampilan jam tangan. Mereka membuat strap kulit berdasarkan order. Kadang ada yang ready stock, tapi sedikit.

Saya menemukan Simplea ketika sedang browsing mencari strap NATO (seharusnya disebut G10, tapi ini cerita lain yang cukup panjang) dengan bahan kulit berwarna burgundi. Kebetulan memang Simplea memiliki bahan persis seperti yang saya inginkan. Chromexcel, kulit pull-up, dari Horween, yang merupakan salah satu tempat penyamakan kulit (tannery) terbaik di dunia.

Melalui Instagram-nya saya menghubungi Simplea via WhatsApp untuk memesan strap NATO sesuai spesifikasi yang saya inginkan. Prosesnya cukup sederhana. Kita bisa memilih strap sesuai dengan yang ada di foto mereka, atau melakukan order sesuai spesifikasi sendiri. Misalnya Anda mau strap lebih pendek, atau jahitan benang dengan warna kontras. Kalau order sudah dibuat, maka uang bisa ditransfer, lalu tinggal menunggu sampai strap selesai dibuat dan dikirim ke rumah.

Saya cukup puas dengan kualitas strap dari Simplea. Kulitnya bagus, sesuai ekspektasi. Jahitannya juga cukup rapi. Respon pelayanannya sangat baik. M. Dedi Emirsyah dari Simplea selalu siap membantu ketika saya ada pertanyaan. Hal ini sangat penting bagi saya. Banyak brand lokal yang menjanjikan pelayanan baik, tapi ketika dihubungi responnya sangat lambat. Bahkan ada yang menghilang. Di sini konsumen sangat dirugikan.

Namun yang membuat saya mengacungkan jempol kepada Simplea adalah ketika saya ingin memodifikasi strap NATO menjadi two-piece unlined strap. Alasannya adalah karena ternyata jam saya memiliki lug yang melengkung ke bawah sehingga strap NATO sulit diselipkan. Saya terinspirasi oleh strap yang dijual oleh Hodinkee ini.

Dedi menyanggupi permintaan saya dengan biaya tambahan untuk jasa modifikasi. Dalam sekejap strap saya pun sudah menuju Bandung dari ibukota Jakarta. Proses pengerjaan memakan waktu sekitar seminggu. Dan saya seperti mendapatkan strap baru, yang sangat cocok dengan jam vintage saya. Memang model strap kulit unlined ini pas untuk jam dengan lug kecil (antara 18-20 mm).

Sedikit kritik, untuk bagian belakang strap selain dijahit juga dilekatkan dengan lem. Masalah dengan strap saya adalah lemnya copot sehingga bagian ini menganga. Tapi lagi-lagi Simplea merespon dengan cepat. Mereka bisa memperbaiki kalau saya mau mengirim strap ke Bandung. Tapi karena saya cukup suka bereksperimen kecil-kecilan, saya pun memutuskan untuk mengelem sendiri dengan instruksi dari Dedi. Sekarang strap saya sudah benar. Semoga saja tidak copot lemnya.

Untuk harga, entah kenapa Simplea sengaja tidak mencantumkan di Instagram mereka. Tapi saya akan mencantumkan harga yang saya dapat. Untuk strap NATO harganya Rp 299 ribu dan untuk two-piece strap Rp 499 ribu. Kalau Anda berminat, saya sarankan untuk mengecek harganya langsung.

Keterangan: Tulisan ini tidak disponsori. Produk yang ditulis bukan merupakan hasil pemberian atau kerja sama. Tulisan ini merupakan refleksi penulis pribadi.

oleh Takamoru Yoshida

Bagi pecinta jam, vintage maupun modern, Batu Tulis adalah sebuah berkah. Waktu berlalu lebih cepat di sana tanpa terasa, walaupun begitu banyak jam terpampang sehingga tidak ada alasan kita tidak tahu waktu.

Pertama kalinya menjejakkan kaki di sana, saya cukup pusing melihat kios-kios berjejeran menawarkan jam. Dari jam dinding sampai jam tangan, dari IWC sampai Seiko, dari yang ratusan juta sampai ratusan ribu, dari yang asli sampai yang palsu.

Berlokasi tidak jauh dari Harmoni (sekitar 10 menit berjalan kaki dari halte busway), kebanyakan jam yang ditawarkan di Batu Tulis adalah jam bekas. Harganya cukup miring kalau dibandingkan dengan harga mal. Terakhir ke sana beberapa minggu lalu saya menemukan beberapa Rolex diver, Omega Speedmaster, Panerai, Seiko diver, dan bahkan SevenFriday yang sedang cukup populer di kalangan anak muda (bukan selera saya).

Saya bicara cukup lama dengan salah satu penjual jam di sana. Menurut dia (dan juga dari testimoni seorang Kaskuser penggila jam), mayoritas jam yang dijual di Batu Tulis itu asli. Ada juga yang palsu tapi biasanya penjualnya akan jujur. Tapi sebaiknya kalau berniat membeli, Anda membekali diri dengan info lebih dulu sebelum sampai di sana. Kata pepatah, knowledge is power. Si penjual bercerita kalau dia saja pernah tertipu membeli jam palsu. Sebuah Rolex dengan isi mesin Mido. Tapi karena sudah akrab dengan klien, maka jam itu berhasil dia kembalikan.

Banyak pejabat dan pengusaha yang pergi ke Batu Tulis. Saya pernah melihat salah seorang hakim agung sedang bertransaksi jam di salah satu kios. Dari gerak-geriknya, kelihatan kalau dia sudah sering mengunjungi kios itu. Menurut si penjual, biasanya klien akan berulang kali datang untuk tukar tambah jam. Alasannya kebanyakan karena bosan, walaupun ada juga yang menjual karena BU (butuh uang). Makin sering klien mampir ke toko yang sama, harga yang diberikan akan semakin bagus.

Selain jual beli jam, ada juga kios di sana yang spesialisasinya servis jam. Inilah tujuan utama saya ke sana. Sepenglihatan saya ada dua tukang servis jam di sana, Pak Sobri dan Pak Ayut. Yang lebih populer adalah Pak Ayut (direkomendasikan oleh beberapa penggila jam di forum), tapi saya pernah ke Pak Sobri dan hasilnya baik-baik saja. Ongkos servis sendiri bervariasi tergantung kerusakan.

Ada beberapa toko yang menarik perhatian saya di sana karena koleksi jamnya. Pertama, Harmony Watch yang terletak paling depan kalau dari arah Hayam Wuruk. Di sini saya melihat si hakim agung itu sedang berbincang akrab dengan pemilik kios. Jamnya cukup mewah, kebanyakan yang saya temukan Rolex. Kedua, kios yang pemiliknya bernama Fidel. Mayoritas koleksinya Rolex dan Omega. Orangnya cukup ramah kalau Anda ingin berbincang soal jam. Ketiga, kios yang letaknya di ujung, sejajar dengan Harmony. Saya tidak tahu nama pemiliknya, berkepala botak. Koleksi jamnya variatif. Dan saya suka karena sepertinya jujur. Dia menolak menjual Omega karena katanya jamnya sedang kurang enak rasanya.

Kalau ada tip untuk mencari jam di Batu Tulis adalah jangan sungkan untuk menawar. Ini juga berlaku ketika ingin servis jam. Selama harganya cocok pasti penjual akan mau melepas jamnya ke Anda. Tapi tentu ada baiknya Anda tahu soal harga juga sehingga bisa menawar dengan baik. Soal menawar harga juga berlaku kalau Anda ingin menjual jam supaya mendapat harga yang bagus.

Perjalanan mencari jam memang memakan waktu. Tapi perasaan yang didapatkan ketika mengencangkan tali jam favorit di pergelangan tangan sebanding dengan usaha yang dikeluarkan. Karena itulah mungkin sekalinya Anda terpincut dengan jam, maka pencarian waktu tidak pernah berhenti.